Go and Visit ASEAN ''Malaysia, Singapore and Thailand''
“Gi, bantuin koreksi translate-an abstrack dan essaiku dong, siapa tahu kan paperku lolos dan bisa di presentasiin di Thailand” masih teringat betul obrolan ini di akhir tahun 2016 ke salah satu temenku yang basicnya di bahasa inggris karena dia kuliah di salah satu Universitas ternama di Yogyakarta di jurusan tersebut haha. Setelah dia bantu koreksi dan OK katanya, langsung deh aku submit ke salah satu univ di Thailand yang waktu itu sedang nyari partisipan dan panelis untuk sebuah konferensi internasional dengan tema ekonomi kreatif di ASEAN.
Selang beberapa hari kemudian, ada email masuk yang mengkonfirmasi
bahwa essay sudah tersubmit dengan baik dan benar... Keberlanjutannya bakal di
informasiin via email, namun naasnya pasca kejadian tersebut engga ada tuh
email balasan. Positive thinking aja berarti emang ga ada kabar lanjutan ‘ga
lolos’ dan belum rejekinya. Mungkin Tuhan memiliki rencana lain, karena Dia
adalah sebaik-baiknya pengatur rencana untuk ummatnya.
Kebetulan beberapa waktu kemudian, di akhir Januari 2017 aku
ketemu beberapa anak dari sebuah kegitan, ada Wildan yang basicnya di bagian teknologi
informasi dan ada Nisa yang basicnya ilmu agama. Dua orang ini yang paling getol ke hal-hal gitu, akhirnya obrolan kita nyambung deh waktu itu. Dari sharing itu Wildan ini
berbagi kisah tentang pengalaman dia ke Turki untuk mempresentasikan project
dia di sebuah konferensi. Strategi yang dipake dia gokil menurutku “Aku ini ga
begitu nguasain bahasa inggris, jadi aku ngemasukin anak yang jago bahasa
inggris ke tim dia untuk ngebackup Aku”. Kalo si Nisa beda lagi, aku tahu dia
sering bikin jurnal dan paper dari story WA dia. Oiya dia sekarang baru aja
lolos CPNS Kemenag dan LPDP, tahu dari story dia tadi sore.
Jadi beberapa waktu lalu, dalam sebuah kegiatan aku baru
kesampaian berkesempatan bisa ke Thailand dalam sebuah kegiatan. Namanya "Comparative
Program visit ASEAN". Dua tahun setelah penolakan essay baru kesampaian kesitu
rupanya. Beruntungnya, kegiatan 6 hari 5 malam kemarin bisa sekalian muterin
beberapa negara ASEAN kayak Malaysia dan Singapura. Sebenernya kegiatan itu diselenggarakan
temenku si Libra dari UIN yang dulu ketemu dalam satu kegiatan bareng Wildan dan Nisa tadi, mayoritas pesertanya juga dari anak kampus tersebut.
Ada juga yang dari UGM, sekitar 44 orangan lah kita disana karena ada peserta
dari luar Jogja juga ‘Jakarta’.
Hari pertama kita di Malaysia, hari kedua di Singapura, hari
ketiga di Malaysia, hari ke empat hingga ke lima di Thailand, kemudian hari ke
Enam kita di Malaysia sebelum akhirnya kita balik lagi ke Indonesia. Gara-gara
rundown yang padet, enam hari itu pun ga kerasa udah berakhir. Pengalaman ini
bener-bener ngebuka perspektif dan wawasan baru. Asli, gara-gara pengalaman ini
aku jadi makin cinta Indonesia. Begitu juga temen-temen yang lain, kita kayak udah
menjadi sebuah keluarga baru. Libra, Alya, Rizal, Bayu 1, Bayu 2, Ratih, dan
lainnya yang gabisa disebutin satu-satu.
Di Malaysia, bisa dibilang kondisi disana lebih maju dari
Indonesia ‘pendapat pribadi’ baik dari segi infrastruktur, supremasi hukum dan
juga ekonomi. Tapi Singapura lebih maju lagi, baru tahu aku kalau ternyata
mayoritas orang Singapura adalah orang Cina atau Tionghoa. Bisa dibilang mereka
adalah orang Cina di tengah-tengah tanah melayu. Salut dengan kemajuan ekonominya
Singapura, negara tanpa bangsa ini meskipun ga ada SDA tapi mereka berfokus ke
jasa dengan kualitas SDM-nya. Keamanan dan supremasi hukum di Singapura sangat
ketat. Di Singapura sangat langka air bersih, apa-apa serba mahal ‘kalo dilihat
dari rupiah’. Karena uang 40ribu rupiah hanya dapet satu kaleng minuman Sprite,
haha.
Lain lagi Thailand, kemarin kita ga ke pusatnya kayak
Bangkok si, kita hanya singgah di Thailand bagian selatan beberapa kota kayak
Pattaya dan Hyat Hai, mana lagi ya agak lupa. Tapi yang pasti, Indonesia mungkin
lebih maju daripada Thailand. Suasana di sana kayak Indonesia tahun 90an atau 2000an.
Yang paling unik disana adalah Tuk Tuk ‘mobil angkutan khas thailand’ yang
mirip angkot tapi terbuka. Yang paling nyenengin disini dibanding Malaysia
apalagi Singapura adalah disini apa-apa serba murah. Ada ASEAN Night Market
juga disini, banyak kuliner dan souvenir yang pasti.
Untuk di Malaysia yang paling berkesan adalah saat di Universitas
Kebangsaan Malaysia dan KBRI-nya. Di UKM kita sempet berdiskusi dan ngobrolin
seputar isu pendidikan tinggi, ternyata ada 2 dosenku yang alumni s3 di situ. Kalau di
KBRI kita menemui dan sharing langsung dengan atase pendidikan disana. Ngobrolin
tentang sistem pendidikan tinggi disana, pendidikan untuk anak-anak TKI, Kerja sama kedua negara,
hinggga seputar isu diplomasi kayak upaya kerjasama keamanan di sektor siber
kedua negara. Di Kuala Lumpur International Airport kita sempet nemuin dompet, untung ada polisi keamanan disekitar situ jadi ya tinggal laporan waktu itu, kalau gada polisi, mungkin ceritanya bisa lain haha.
Komentar
Posting Komentar
Comment...